BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Allah swt. berfirman”
"Hai Yahya, ambillah[899] Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan kami berikan kepadanya hikmah[900] selagi ia masih kanak-kanak, 13. Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa, (Q.S Maryam “12-13)
Masa bayi atau balita (di bawah
Pada masa balita ini, manusia pertama kali belajar atau diperkenalkan dengan suasana yang sama sekali “baru”, dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya di dalam kandungan. Masa balita ini bisa dibagi menjadi 2 periode, yaitu masa orok (0-2 minggu), masa bayi (2 minggu-2 tahun) dan masa kanak-kanak (2-5 tahun).
Selama 3 hari pertama, orok yang normal masih lebih banyak tidur. Sekitar 80% waktunya dipergunakan untuk tidur. Sehingga aktifitas orok tidak begitu banyak dan belum melakukan reaksi-reaksi organ tubuhnya. Setelah 2 minggu kelahiran organ-organ tubuh bayi mulai berkembang dan berfungsi. Secara betahap, bayi mulai mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan orang lain, mulai dari berbalik, duduk, merangkak dan lain sebagainya.
Pada awal masa orok gerakan-gerakan bai masih banyak yang muncul dari instingnya, menjelang usia 7-8 bulan, perasaan atau emosi bayi mulai muncul, walaupun rasio atau pikirannya belum berfungsi sama sekali. Pada usia 12-14 bulan, bayi mulai mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik ataupun sosial. Bayi mulai bisa membedakan benda-benda dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Secara bertahap, bayi mulai memahami hubungan antar “kata” dengan apa atau siapa saja yang ada di sekitarnya. Dan untuk itu, bayi mulai memerlukan alat ekspresi yang disebut “bahasa”.
Mulai masa inilah bayi mulai belajar mengenal bahasa dari sekitarnya. Pemerolehan bahasa pada bayi sangatlah bertahap yang di bagi dalam beberapa fase yang akan dipapakarkan dalam makalah ini melalui dengan berpatokan pada pendapat para pakar Psikologi dan pakar bahasa. Oleh karena itu penulis sengaja mengangkat tema yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa pada manusia khusunya pada anak-anak yaitu “Perkembangan Bahasa Anak.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis dapat merumuskannya menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.Pegertian perkembangan bahasa
2.Tahapan-tahapan dalam perkembangan bahasa
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
4.Karakteristik perkembangan bahasa remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Perkembangan Bahasa
Seorang psikologi perkembangan dari Illinois State University bernama Laura E. Berk (1989) setelah mempelajari dan meneliti berbagai aspek perkembangan individu, sampailah dia pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Sungguhpun bahasa itu kompleks, namun pada umumnya berkembangan pada individu dengan kecepatan luar biasa pada pada awal masa kanak-kanak.
Anak datang dengan kemampuan membedakan bunyi yang bersesuaian dengan fonem yang berbeda dalam semua bahasa. Apa yang berbeda selama tahun pertama kehidupan adalah bayi mempelajari fonem mana yang relevan dengan bahasanya, dan kehilangan kemampuan untuk membedakan bunyi-buyi yang bersesuaian dengan fonem yang sama dalam bahasanya. Fakta luar biasa tersebut ditentukan oleh eksperimen dimana bayi dipresentasikan pasangan bunyi secara berututan sementara mereka mengisap dot.
Berbagai peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya, meskipun kadang-kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat perkembangan motoriknya daripada perkembangan bahasanya. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya maka para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
B.Tahapan Perkembangan Bahasa
Ada aspek lingustik dasar yang bersifar universal dalam otak manusia yang memungkinkan untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangkan menurut kaum empiris yang dipelopori para penganut aliran behavioristik memandang bahwa kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Penguasaan bahasa merupakan hasil dari perkembangannya. Menurut para penganut aliran behavioristik, penggunaan bahasa merupakan asosiasi yang terbentuk melalui proses pengkondisian klasik (classical conditioning), pengondisian operan (operan conditioning), dan belajar sosial (sosial learning).
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989¬) dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu:
1.Fonologi (phonology)
2.Semantik (semantic)
3.Tata bahasa (grammar), dan
4.Pragmatic (pragmatics)
fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memeahami dan menghasilkan bunyi bahasa. Jika kita pernah mengunjungi daerah lain atau Negara lain yang bahasanya tidak kita mengerti boleh jadi kita akan kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana terdengar begitu cepat dan sepertinya tidak putus-putus antara satu kata dengan kata yang lain. Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat mungkin mengalami hambatan karena tidak familier dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya. Bagaimana seseorang memperoleh fasilitas kemampuan memahami bunyi kata dan intonasi merupakan sejarah perkembangan fonologi.
Semantik merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-konsep yang ekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata. Setelah selesai masa prasekolah, anak-anak memperoleh sejumlah kata-kata baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang perkembangan kosa kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989) sebagai sejauh mana kekuatan anak untuk memahami ribuan pemetaan kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya meskipun belum tertabelkan dalam dirinya dan kemudian menghubungkannya dengan kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.
Grammar merujuk kepada penguasaan kosa kata dan memodifikasikan cara-cara yang bermakna. Pengetahuan grammar meliputi dua aspek utama.
1.sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun ke dalam kalimat yang dipahami.
2.morfologi (morphology), yaitu aplikasi gramatikal yang mliputi jumlah, tenses, kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain dalam bahasa.
Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di dalamnya meliputi bagaimana mengambil kesempatan yang tepat, mencari dan menetapkan topik yang relevan, mengusahakan agar benar-benar komunikatif, bagaimana menggunakan bahasa tubuh (gesture), intonasi suara, dan menjaga konteks agar pesan-pesan verbal yang disampaikan dapat dimaknai dengan tepat oleh penerimanya. Pragmatik juga mencakup di dalamnya pengetahuan sosiolinguistik, yaitu bagaimana suatu bahasa harus diucapkan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Agar dapat berkomunikasi dengan berhasil, seseorang harus memahami dan menerapkan cara-cara interaksi dan komunikasi yang dapat diterima oleh masyarakat tertentu, seperti ucapan selamat datang dan selamat tinggal serta cara mengucapkannya. Selain itu, seseorang juga harus memperhatikan tata krama berkomunikasi berdasarkan hirarki umur atau status sosial yang masih dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat tertentu.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1.Tahap meraban (pralinguistik) pertama
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-konsonan yang amat rumit.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik. Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi kalau mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya jangan digolongkan sebagai performansi linguistic.
2.Tahap meraban (pralinguistik) kedua
Tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap maraban kedua ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. Banyak kerikan yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal hilang dari output para bayi, dan mereka mulai menghasilkan urutan-urutan KV (konsonan-vokal), dengan satu suku kata yang sering diulang berkali-kali.
Pada suatu waktu bagian terakhir periode ini (sekitar akhir tahun pertama kehidupan) muncullah “kata pertama”. Biasanya kata itu tidak akan berbunyi lebih menyerupai kata orang dewasa daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi selama tahap ini, tetapi akan dianggap sebagai kata pertama itu. Misalnya seorang bayi (bayi keluarga Cairns) mengatakan [X] dan menunjuk kepada tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil, bahkan kepada tombol (lampu) di dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan karena berbunyi lebih menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi karena jelas bunyi tersebut mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini “cahaya; lampu), dan itulah sebenarnya apa yang disebut ujaran dan bahasa itu.
3.Tahap holofrastik (tahap linguistic pertama)
Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersama ayah”, atau “saya mau minta diambilkan mobil mainan”.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.
4.Ucapan-ucapan dua kata
Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mempergunakan holofrase-holofrase “kucing” dan “papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-anak itu telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu anak-anak akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang nenek’, ‘saya mandi’, dan sebagainya.
Selama periode dua kata ini anak-anak tidak menggunakan infleksi. Verba-verba yang mereka pakai tidak mempunyai penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-nomina mereka tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun kosa kata perorangan amat berbeda-beda, namun pada tahap ini anak-anak jarang sekali menggunakan preposisi, partikel, dan konfungsi (yang biasa disebut kata tugas), misalnya: ‘papa mama pergi’ (papa dan mama pergi), ‘nenek Bandung’ (nenek ke Bandung).
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai secara tepat.
5.Pengembangan tata bahasa
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan anak.
Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-kata tugas yang menyebabkan ucapan anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis oleh orang dewasa.
6.Tata bahasa menjelang dewasa (tahap pengembangan tata bahasa lengkap)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologis dalam bahasa terkait.
Liber (1973) melaporkan perkembangan kalimat-kalimat kompleks pada tiga orang anak yang berusia dua dan tiga tahun. Konstruksi-konstruksi komplek pertama yang melibatkan komplemen-komplemen yang berfungsi sebagai NP obyek, seperti ‘saya melihat kamu duduk’, tetapi tidak ada suatu contoh tunggal suatu komplemen yang bertindak sebagai NP subyek sebelum usia tiga tahun. Kedua, tetapi tidak begitu sering, Limber mengamati anak kalimat yang mengubah nomina-nomina obyek, seperti ‘saya memperlihatkan (kepada) kamu bola yang saya peroleh’. Akan tetapi, beliau tidak pernah mengamati suatu anak kalimat yag mengikuti NP subyek. Maka adalah wajar untuk berspekulasi bahwa tiada komplementasi juga tidak ada relativasi mengikuti NP subyek itu pada kalimat-kalimat kompleks permulaan anak-anak sebab untuk menghasilkannya akan merombak kesinambungan kalimat utama, meletakkan kalimat utama, meletakkan beban yang lebih berat pada IJP (ingatan jangka pendek) serta membuat perencanaan ucapan yang lebih lengkap.
7.Kompetensi lengkap
Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang kea rah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.
Ini mengakhiri pembicaraan singkat kita mengenai tahap-tahap perkembangan yang dilalui. Dalam pembahasan tersebut disajikan hal-hal yang digunakan sebagai kerangka dasar yang harus diisi kalau sedang mendiskusikan perkembangan-perkembangan empiris dan teoritis dalam bidang pemerolehan bahasa.
C.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Aliran nativisme berpandangan bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang diturunkan oleh orang tuanya. Dengan demikian, jika orang tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan cepat, perkembangan bahasa anak pun juga akan baik dan cepat. Begitu juga sebaliknya, jika kemampuan bahasa orang tuanya lambat dan kurang baik, perkembangan bahasa anak pun ikut lambat dan kurang baik.
Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan bahasa seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa orang tuanya kurang baikdan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif dengan lingkungan berbahasa secara baik dan cepat, kemampuan perkembangan bahasa anak menjadi baik dan cepat.
Adapun aliran lain yang cendrung lebih moderat, yaitu aliran konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Menurut aliran ini perkembangan kemampuan bahasa seseorang merupakan konvergensi atau perpaduan dari kedua faktor tersebut. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitif seseorang.
Sedangkan faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang yaitu besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungannya. Individu yang sehari-harinya banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kaya kemampuan bahasanya cenderung memliki kesempatan lebih banyak dalam dan lebih bagus untuk mengembangkan bahasanya. Sebaliknya, individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin kemampuan bahasanya cenderung memberikan kesempatan yang terbatas terhadap perkembangan bahasa individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
1.Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2.Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya dibanding yang menerapkan komunikasi dan interaksi sebaliknya.
3.Jumlah anak atau jumlah keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
4.Posisi urutan kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak tengah memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5.Kedwibahasaan (Bilingualisme)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.
Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
D.Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Mengacu kepada tahapan perkembangan bahasa yang telah dipaparkan terdahulu, sesuai dengan tingkatan usia kronologis yang telah dicapai, karakteristik perkembangan bahasa remaja telah mencapai tahap kompetensi lengkap. Pada usia ini, individu diharapkan telah mempelajari semua sarana bahasa dan keterampilan-keterampilan performansi untuk memahami dan menghasilkan bahasa tertentu dengan baik.
Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu mrngaplikasikan prinsip-prinsip berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komperhensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan terminologi konkret dalam mengomunikasikannya.
Sejalan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati diri, ada tahapan kemampuan berbahasa pada remaja yang berbeda dari tahap-tahap sebelum atau sesudahnya yang kadang-kadang menyimpang dari norma umum seperti munculnya istilah-istilah khusus di kalangan remaja. Karakteristik psikologis khas remaja seringkali mendorong remaja membangun dan memiliki bahasa relatif berbeda dan bahkan khas untuk kalangan remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang orang di luar kalangan remaja kesulitan memahaminya. Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota besar bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan bahasa gaul. Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan diuluat remaja memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan menertibkan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “Kamus Bahasa Gaul”. Dalam kamus itu tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja yang jika kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Kalangan remaja justru sangat akrab dan sangat memahami bahasa gaul serta merasa lebih aman jika berkomunikasi dengan sesama remaja menggunakan bahasa gaul.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa poin, yaitu :
1.Para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
2.Tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam 6 tahapan, yaitu: Tahap Meraban/pralinguistik (pertama dan kedua), tahap holofrstik (tahap linguistic pertama), tahap ucapan dua kata, tahap pengembangan tata bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa, tahap kompetensi lengkap
3.Ada perbedaan pendapat tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak diantaranya, aliran nativisme yang menyatakan bahwa berkembangnya bahasa itu ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sedangkan aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya dan ada aliran lain yang cendrung lebih moderat, yaitu aliran konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh kingkungan.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu: Kognisi, Pola komunikasi dalam keluarga, Jumlah anak atau jumlah keluarga, Posisi urutan kelahiran, Kedwibahasaan (Bilingualisme)
4.Karakteristik perkembangan bahasa remaja dipengaruhi oleh karakteristik psikologis khas remaja yang mendorong remaja membangun dan memiliki bahasa relatif berbeda dan bahkan khas untuk kalangan remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang orang di luar kalangan remaja kesulitan memahaminya.
B.Saran dan Harapan
Dengan membaca makalah ini penulis berharap agar para pembaa yang budiman dapat mengambil satu hikmah sehingga bisa bermanfaat. Dan tentunya, penulis sadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kelemahan. Dengan demikian, adalah suatu kegembiraan kiranya jika terdapat banyak kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan pertimbanga untuk perjalanan ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2004
Chaer, Abdul, Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003
Davidof, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta; Erlangga, 1988
Henry Guntur Tarigan, Psikolingustik, Bandung; Angkasa, cet-10, 1986
Jauhari, Muhammad Idris, Generasi Robbi Rodliya (Keluarga Yang Mendapat Rohmah dan Barokah Allah swt), Surabaya; Pustaka Hikmah Perdana, 2005
Rita L. Akitson, DKK, Pengantar Psikologi, Batam; Interaksara, tanpa tahun
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT. Rosda Karya, cet-5, 2004
No comments:
Post a Comment